
Karya: Syafira novriyanti
Kelas: 8E
Clarisa adalah seorang anak yang terlahir dan besar dikeluarga yang sederhana, walau begitu dia adalah anak yang cerdas. Ayahnya hanya pekerja serabutan, sedangkan ibunya hanyalah pengurus rumah tangga, yang berjualan empek- empek. Walaupun keluarganya sederhana ia tetap bersyukur dengan apa yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, ia masih bisa tinggal bersama ayah,ibu dan adiknya, bagi Clarisa itu sudah sangat indah.
Saat Clarisa menempuh pendidikan di SD Nusantara, sekolah yang terbilang sekolah favorit, dia sangat berharap akan mendapatkan teman yang sangat banyak, namun sayangnya itu semua tidak akan terwujud. Dari kelas 1 sampai kelas 3 tak ada yang mau berteman dengan Clarissa. Sekarang dia sudah duduk di kelas 4 SD, namun Clarisa penasaran kenapa anak-anak seumurannya tidak mau menemaninya, akhirnya dia menanyakannya. Sungguh jawaban yang didengarnya sangat menyakitkan.
“Karena kamu itu miskin!” jawab anak-anak itu dengan ketus.
Clarisa yang mendengar itu langsung menenangkan dirinya, toh mereka hanya berbicara dan tidak menyakitinya. Pertanyaannya yang selama 4 tahun ini selalu ada di kepalanya kini terjawab sudah meski sedikit menyakitkan. Memasuki ujian kenaikan kelas Clarisa belajar dengan sungguh-sungguh untuk masuk ke peringkat 5 besar, dengan semangat dari diri sendiri dan keluarga akhirnya Clarisa bisa masuk peringkat 5 besar dan menempati peringkat ke 3 dari 28 siswa. Sayangnya karena hal ini Clarisa terkena bully.
“Uang dari mana sih kamu hah? Miskin kok masih mampu sogok guru buat dapat peringkat!” tanya anak-anak itu dengan heran.
“Aku tidak menggunakan uang, aku menggunakan otak dan akal pikiran ku untuk mendapatkan peringkat” jawab Clarisa dengan santai
Merasa Calarisa sudah berani melawan mereka, akhirnya Clarisa dibully semakin parah, mereka yang diam-diam mengetahui kalau ibunya Clarisa berjualan empek- empek mulai membully dengan pekerjaan ibunya.
“Huuuu….jangan dekat-dekat anak tukang jualan empek-empek ahhh…bau amisss. Hahahahaha……” ejek anak anak itu.
Kali ini Clarisa tidak menghiraukan mereka dan menganggapnya hanya angin lalu. Clarissa berfokus pada sekolah supaya dia bisa sukses.
“Aku harus semangat demi ayah, ibu dan adikku, supaya kami bisa hidup lebih nyaman” ucap Clarisa menyemangati dirinya sendiri.
Tahun demi tahun berlalu masa-masa sekolah sudah ia lewati, dan sekarang dia menjadi direktur disebuah perusahaan. Clarisa kembali mengingat anak-anak yang dulu membullynya, Clarisa berpikir kalau dulu mereka adalah cambuk yang memacunya agar menjadi pribadi yang kuat dan tidak putus asa. Kini Clarisa bersama ayah, ibu dan adiknya bisa hidup dengan nyaman berkat kerja kerasnya selama ini.
1 komentar
Manuela Gentilcore, Kamis, 21 Apr 2022
Thank You