
Karya: Nur Putri Sari
Kelas: 8A
Namanya Helena Adini,dia hidup di keluarga yang selalu memaksakan kehendaknya masing-masing. Dia selalu dituntut jadi anak yang rajin, giat, dan tidak bermalas-malasan dalam belajar. Orang tuanya selalu memaksanya untuk terus belajar. Terkadang dia terlalu gulana untuk menanggapi permintaan kedua orang tuanya namun, dia selalu yakin bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Benar saja dia selalu mendapatkan juara di kelas dia selalu dijuluki sebagai anak emas di kelasnya.
Dia memiliki hobi melukis bahkan dia bercita-cita sebagai seorang pelukis yang terkenal, setiap sore dia selalu pergi ke tepi pantai hanya untuk melukis swastamita yang melepas dari pelukan Jumantara tetapi, orang tuanya tidak pernah mendukung hobinya malahan mereka selalu menyuruhnya untuk berhenti melakukan hobinya. Dia tau lukisannya tidak begitu adiwarna namun dia selalu menyukai lukisannya. Dia tidak tahu apa yang membuat orang tuanya membenci hobinya. Waktu sehari hari ia habiskan untuk belajar dan belajar.
Sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dia mengikuti pelatihan melukis, kedua orang tuanya tidak ada yang mengetahui jika dia mengikuti pelatihan tersebut. Hingga sesuatu yang dia takutkan pun terjadi, dimana hari itu dia terpilih untuk mewakili sekolahnya dalam ajang lomba melukis. Sebenarnya dia ingin menolaknya tapi kapan lagi dia bisa mendapatkan kesempatan ini lagi. Sepulang sekolah dia terus memikirkan cara untuk meminta izin kepada orang tuanya agar dia diizinkan untuk mengikuti lomba tersebut.
Malam gulita dimana keluarganya berkumpul menyaksikan tontonan lawak yang ditayangkan di kotak hitam. Saat itu yang tepat untuk dirinya meminta izin kepada orang tuanya
“ Ibu, Ayah aku ingin membicarakan sesuatu” ucap Helena kepada kedua orang tua.
“ Helena ingin membicarakan apa? Jika ingin mengatakan sesuatu katakan saja jangan sungkan” jawab ibu Helena.
“Apa ibu tidak akan marah jika aku membahas hal ini? Ibu janji jika aku mengatakan hal ini ibu tidak akan marah” kata Helena.
“ Iya kami tidak akan marah” jawab ayahnya
“ Jadi begini tadi di sekolah aku dipanggil oleh guru, aku menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba melukis, aku sudah lama mengikuti latihan melukis di sekolahku. Aku sengaja tidak memberitahu ayah dan ibu karena jika aku memberitahu ibu dan ayah pasti kalian tidak akan mengizinkan aku karena kalian sangat membenci hobiku” jelas Helena
“Bukankah ibu sudah bilang kalau kamu harus menghentikan hobimu itu? Kenapa kamu masih Melakukannya, harus berapa kali ibu harus bicara seperti itu?” Tegas ibu Helena
“Sudah kubilang pasti ibu dan ayah akan memarahiku, tapi Bu berikan aku kesempatan untuk mengikutinya sekali saja” jawab Helena dengan penuh rasa gundah
“Emangnya kapan perlombaan itu dimulai dan apakah kamu sudah menerima tawaran itu?” tanya ayah Helena.
“Perlombaan itu dimulai lusa dan aku sudah menerima tawaran tersebut” ucap Helena
“Jika ingin dibatalkan pasti sudah terlambat, bagaimana kalau kalau kita membuat perjanjian. Jika Helena menang perlombaan ini ayah dan ibu tidak akan lagi melarang Helena untuk mengasah hobi Helena tetapi, jika Helena kalah maka Helena tidak boleh lagi mengikuti latihan melukis dan berhenti dari hobi Helena. Bagaimana apakah kalian setuju?” Tanya ayah Helena.
“Aku setuju!” jawab ibu Helena singkat.
“Aku juga setuju yah!!!” seru Helena dengan senang.
Akhirnya mereka pergi bersama untuk membeli perlengkapan lomba melukis.
Hari yang ditunggu Helena pun tiba dia melaksanakan lomba melukis tingkat kecamatan. Helena terlihat sangat semangat untuk mengikuti lomba tersebut. Dia melukis dengan sangat telaten, lukisannya begitu adiwarna. setelah selesai melukis dia pun pulang ke rumah karena, pengumuman hasil penilaian akan diumumkan besok harinya. Helena menatap sendu gemintang yang menghiasi Jumantara. Pikirannya sedang tidak baik baik saja, setitik hujan turun dari pelupuk matanya dia merenungkan apakah hari ini adalah hari terakhirnya untuk melukis pikiran itu terus membenak di batinnya.
Hari ini dia pergi ke sekolah,saat istirahat dia dipanggil oleh gurunya jantungnya bagai dikejar serigala yang kelaparan dadanya berdetak begitu cepat. Hatinya sangat gundah saat guru memanggilnya ke ruang guru tiba-tiba. Dia kaget bukan main saat namanya berada di urutan pertama, dia mendapat juara satu dalam lomba ini dan dia lulus di tingkat kecamatan. Dari peristiwa itu orang tua Helena tidak lagi melarang Helena untuk mengasah hobinya. Helena banyak mengikuti lomba lomba melukis. Banyak orang yang meminta inspirasi dari seorang Helena.
Beberapa tahun kemudian…
Helena sudah duduk di salah satu bangku SMK negeri,dia mengambil jurusan seni budaya dan perfilman. Dia tidak berpikir bahwa dia akan melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi namun, atas kepintaran dan prestasi yang dimiliki oleh Helena dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi.
Dia kuliah di universitas negeri dengan jurusan seni, selain kuliah dia juga bekerja sampingan karena dia tidak mau membebani hidup orang tuanya. Setiap dia ada waktu luang dia manfaatkan dengan melukis. Hasil karya tersebut dijual dengan harga yang relatif tinggi jika lukisan tersebut rumit dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Dia mendapatkan Beasiswa ke luar negeri, jadi dia harus pindah kuliah ke universitas di luar negeri namun, dia tidak tega meninggalkan orangtuanya. Akhirnya dia pergi dan bertekad gigih untuk mencapai cita citanya sebagai pelukis terkenal.
4 tahun berlalu Helena kembali ke Indonesia untuk menemui orang tuanya dia berhasil mendapatkan semua yang dia inginkan, dia menjadi pelukis terkenal, bukan hanya di dalam negeri tetapi Helena juga seorang pelukis yang sangat terkenal sampai ke pelosok Eropa.
Orangtuanya begitu bahagia saat semua yang Helena inginkan tercapai, orang tuanya sangat menyesal telah melarang anaknya untuk mengasah hobinya. Bagaimana tidak bahagia Helena mampu menjadi anak yang pintar, berprestasi, dan menjadi motivator bagi orang lain di usianya yang masih muda.
1 komentar
admin, Jumat, 19 Feb 2021
Mantaap…