
Karya: Rachelia Supriadi
Kelas: 8A
Teriakan terdengar dari berbagai ruangan. Suara anak kecil yang menangis dan berteriak kencang bagaikan suara di lorong bukit yang terpantul-pantul. Jeritan para wanita dan pria yang berkata minta tolong sangat berdengung di telingaku. Kepalaku sangat pusing akibat suara yang terdengar terus menerus.
“Tolong diamlah, aku tidak bisa istirahat dengan tenang” kataku di dalam hati.
Namun suara jeritan tersebut makin terdengar keras di telingaku, sampai sesaat ada suara langkah kaki yang datang ke ruangan ku. Samar-samar ku melihat dirinya karena kepalaku berputar-putar. Tak nampak di pikiranku, tapi aku ingat apa yang dia kenakan. Seragam tentara berwarna hijau dan senapan yang selalu dipegang dengan pengawasan yang tidak pernah lepas dari penglihatannya. Perlahan dia mendekatiku aku mencoba bangkit namun sebelum hal itu kulakukan, orang tersebut menendang perutku dengan tenaga melebihi yang bisa kutahan. Aku terhentak ke dinding dan memuntahkan cairan merah kental dari mulutku. Orang tersebut menjambak rambutku dan menghempaskan ku lagi ke dinding dengan sisi yang berbeda. Mendatangi ku lagi kemudian mengayunkan pistolnya ke arah diriku seraya mengatakan
“Maafkan aku tapi aku terpaksa melakukan ini” katanya.
Aku yang hanya terdiam tak berdaya hanya terbaring di tempat aku terhempas tadi dan tidak melakukan apa-apa.Mungkin ini sudah menjadi takdirku di dunia yang hancur ini. Kepalaku sangat sakit, penglihatanku menjadi gelap, aku pun terpingsan. Semua yang kulihat hanya warna hitam, tidak ada warna lain selain hitam. Gelap gulita pemandangan yang hanya ku saksikan di dalam tempat itu aku merenung dan terdiam sambil duduk di tempat tersebut.
“Apakah aku sudah mati? benarkah aku sudah meninggalkan dunia? apakah aku masuk neraka?” kataku di kepada diriku sendiri.
Namun kerenungan ku tidak bertahan lama sampai saat itu ada cahaya yang memanggilku namaku.
“Nathan,,, Nathan,,, ayo kita pulang, aku sangat merindukan mu” gumam cahaya tersebut kepada diriku.
“Siapa dirimu, aku tidak mengenalmu, kau tidak pernah ada di kehidupanku” kataku balik menjawab perkataannya.
“Ahahahahaha, Nathan aku selalu ada di kehidupan mu,aku selalu ada disampingmu” kata cahaya tersebut.
“Jika kau mengenal diriku,memangnya siapa dirimu itu?”kataku sambil bingung.
“huhhhhh,aku sebenarnya adalah…” kata-katanya terhenti sampai terjadi gempa di tempat tersebut.
“WOOOAAAAHHHH….!!!!” teriakan ku karena terjadi gempa.
Aku terjatuh kedalam jurang yang entah ada dasarnya atau tidak. Aku hanya melihat ke arah atas sembari jatuh ke jurang sampai saat itu, aku melihat sosok yang sangat persis ku kenal. Orang tersebut adalah Ibuku sendiri. Ibuku Hanya tersenyum padaku dan pergi begitu saja, meninggalkan diriku di dalam jurang tersebut. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, sesaat sampai sebuah cahaya menghampiriku, cahaya yang begitu terang. Mataku sakit melihat cahaya tersebut cahayanya sangat menyilaukan dan memenuhi ruangan yang gelap dengan cahayanya.
TAMAT