
Karya : Shesilia Najlaa Nutri
Kelas: 8C
Dikisahkan sebuah daerah yang harmonis dan makmur, daerah tersebut dipimpin oleh keluarga kerajaan. Terlepas dari semua itu terdapat satu daerah yang belum dapat merasakan hal tersebut. Daerah tersebut berlokasi di lembah, nama lembah itu sendiri adalah Monster Valley. Memang nama yang bagus untuk tempat yang mengerikan tersebut, di sana terdapat berbagai macam monster tentunya tak sedikit penduduk sana memilih pindah ke tempat lain, yaitu Mountain of Light.
Halo, namaku Hildra. Sehari-hari aku selalu menyusuri lembah untuk mencari makan. Makan?, kalian pasti bertanya. Ya, aku mencari makan di lembah ini sebab aku sudah tidak memiliki keluarga. Setiap harinya aku menyusuri lembah dan menghadapi bahaya, aku agak kesal akan keluarga kerajaan itu mereka menjanjikan bahwa kami akan aman dari bahaya monster tersebut tapi itu semua hanya omongan manis saja. Terlebih lagi sang putri, sungguh sombong dan merasa yang paling hebat.
Malam pun menghampiri, aku sedang termenung di atas pohon besar. Lalu aku terpikir kenapa tidak aku saja yang memimpin kerajaan itu pastinya akan lebih baik. Hingga temanku datang dan berkata.
“Hey! Hildran apa yang sedang kamu lakukan ?” teriaknya
“Menurutmu apa, aku ini sedang merenungi nasibku!” bentakku.
Namanya Riko, nasibnya sama denganku. Kami kehilangan orang tua kami saat masih kecil, mereka bilang orang tua kami sudah dimakan oleh para monster itu, namun aku tak percaya dan aku yakin kedua orang tuaku masih hidup. Keesokan harinya, keluarga kerajaan itu pun datang juga. Mereka berkata kami semua harus meninggalkan tempat ini, entah apa yang mereka rencanakan.
14 tahun kemudian, sekarang aku sudah berumur 24 tahun. Apa kabar temanku itu?, dia menghilang entah kemana, aku juga tidak peduli padanya. Sekarang aku tinggal di daerah kerajaan, sungguh sulit hidup di sini kalian seperti dijadikan budak oleh mereka.
“Hey nak, cepat kerjakan tugasmu! itu! bawa lagi bebatuan di sana! Dasar lambat” teriak seseorang.
“Iya, iya, dasar pak tua” ucapku.
Tak lama sang putri menghampiriku, dengan muka sombongnya dia mengejekku.
“Wah…, wah…, kasihan ya, harus bekerja siang malam tanpa henti-hentinya. Coba saja kau adalah pangeran pasti akan lebih mudah hidupmu ini dasar rakyat miskin” ucapnya dengan nada sombong.
“Terserah apa katamu, yang penting nanti kau akan berlutut di depanku. Tunggu saja”. Balasku.
“Ya.., ya…, aku tidak peduli dan aku tak akan pernah berlutut di hadapanmu.” ujarnya sambil meninggalkanku.
Berhari- hari aku menjalani hidup ini hingga para monster berdatangan, mereka mulai menyerang kami satu demi satu. Untungnya aku sempat melarikan diri. Aku bersembunyi di gudang kerajaan, ada juga sebagian penduduk yang bersembunyi disini. Perlahan aku memasuki istana, tidak ada pengawal yang menjaga karena mereka sibuk menghadapi para monster, tiba-tiba bebeapa ekor monster menghampiriku. Aku sudah bersiap apabila monster itu menyerang namun, mereka malah berlutut padaku.
Di ruang singgasana aku melihat keluarga kerajaan.
“Hey! Apa yang kau lakukan disini?!” teriak sang raja.
“Pengawal!…., pengawal….!” teriaknya.
“Mereka semua sudah tiada baginda raja” ucapku sambil mendekati mereka.
“Kalian menyebut diri kalian sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana,memalukan, lihat apa yang terjadi sekarang. Ini adalah balasan dari perbuatan kalian. ” ucapku.
“Kalian harusnya malu pada diri kalian, empat belas tahun lalu kalian menjanjikan kami sebuah perlindungan. Nyatanya, kalian mengusir kami dan memperbudak kami.” Lanjutku.
Kemudian, Hildran mendekati keluarga kerajaan dan membunuh mereka satu per satu. Kerajaan itu pun hancur banyak penduduk yang memilih untuk pergi ke tempat lain, namun sebagian masih tinggal. Beberapa tahun kemudian, mereka mendapatkan pemimpin baru yang lebih bijaksana, adil, dan ramah. Mereka membangun lagi kerajaan itu dengan canda tawa dan kegembiraan.
-TAMAT-